SPIONASE-NEWS.COM,- JAKARTA – Kebencian terhadap Nabi Muhammad SAW begitu tingginya, Sampai-sampai ada seseorang yang ketika melihat beliau, langsung meludahinya.
( Presiden Jokowi sempatkan waktunya membesuk Ustadz Arifin Ilham di rumah sakit )
Kejadian itu terulang beberapa kali tetapi Rasulullah tidak pernah marah apalagi menghardiknya.
Hingga pada satu waktu, orang yang biasa meludah itu tidak ada di tempatnya.
Nabi bertanya, “kemana dia yang biasa meludahiku ?” Orang-orang menjawab, “Dia sakit, ya Muhammad..”
Nabi pun bergegas membeli buah tangan di pasar dan menjenguknya.
Orang yang selalu meludah itu, kaget luar biasa ketika ia melihat wajah orang yang selalu diludahinya ada di dekatnya.
Ia menangis. Dan itulah saat dimana kebencian luntur dan berubah menjadi cinta.
Arifin Ilham sejak Jokowi menjadi Presiden tidak pernah mendukungnya.
Ia dengan jelas-jelas menyatakan bahwa ia pendukung dan menjadi lawan politiknya.
Bahkan pada Pilpres 2019 ini Ustadz Arifin Ilham di calonkan oleh ijtimak ulama sebagai wakil Prabowo, yang sayangnya Prabowo lebih memilih Sandi sebagai pasangannya ketimbang Ustadz Arifin Ilham.
Ia bahkan pernah membuat surat kepada Jokowi bunyinya “Takutlah pada Allah”, yang berisi sindiran tentang pemimpin yang haus kekuasaan.
Tetapi ketika ia sakit, Jokowi datang menjenguknya. Sebelumnya, Jokowi sudah mengutus mulai dari Kapolri sampai Erick Thohir datang untuk melihat keadaan Arifin Ilham, sebelum ia sendiri dalam kesempatan yang sangat sempit dan sibuknya dalam urusan kenegaraan, membezuk orang yang selalu berseberangan dengannya selama ini.
Jokowi bukan Rasulullah, tidak juga bernilai setitik debu di kakinya. Ia hanya ingin mencontohkan bahwa demokrasi di negeri ini sambutlah dengan segala perbedaan, tetapi tidak membuat kita bermusuhan.
Karena itulah sebagai pemimpin, ia mencontohkan bagaimana merangkul lawan politiknya. Bukan sebagai pencitraan, tetapi lebih karena sebagai manusia sesungguhnya kita semua bersaudara.
Saya harus angkat secangkir kopi untuk pak Jokowi. Apa yang diperbuatnya, belum tentu bisa saya lakukan karena saya bukan orang yang pintar mengolah emosi. Tetapi saya merasa tertampar dan berusaha belajar darinya untuk menjadi lebih baik.
Begitulah seharusnya seorang pemimpin. Ia harus menjadi tauladan bagi rakyat dan bangsanya.
Penulis : Denny Siregar