SPIONASE-NEWS.COM,- MAKASSAR – DPD KNPI Sulawesi Selatan (Sulsel) melalui Bidang Penanggulangan Terorisme dan Radikalisme kembali menggelar Dialog Publik Nasional lewat online atau dalam jaringan (daring), Jumat (15/05/2020).
Dialog yang bertemakan “Cyber Radicalism: Ancaman Generasi Abad 21” menghadirkan 3 narasumber yaitu Dr. Muammar Bakri, Ketua Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme Sulsel, Zuhairi Misrawi Intelektual Muda NU, dan Dr. Muhammad Ashar, Sosiolog sekaligus pegiat filsafat.
DPD KNPI Sulsel melalui Bidang Penanggulangan Terorisme dan Radikalisme kembali menggelar Dialog Publik Nasional ini menunjukkan trend apresiasi yang sangat tinggi.
Diketahui, dalam Dialog berskala Nasional kali ini diikuti sekitar 452 peserta dari berbagai kalangan di seluruh Indonesia.Dialog kali ini diresmikan langsung oleh ketua DPD KNPI Sulsel, Nurkanita Maruddani Kahfi.Dalam sambutannya, Kanita mengatakan, Kegiatan yang kedua kalinya digelar oleh DPD KNPI Sulsel melalui bidang penaggulangan terorisme dan radikalisme adalah upaya untuk mengambil peran penting dalam mendorong pencegahan terorisme di Inonesia.
Dalam penjelasan Zuhairi Misrawi, ia lebih banyak menjelaskan terkait dengan radikalisme kaum milenial. Berkembangnya radikalisme itu disebutkan sangat masif lewat media sosial dengan menyasar para anak muda yang rentan secara sekologis.
ia juga memaparkan tentang Faktor-Faktor Independen, seperti Adanya pemahaman yang mendorong tumbuhnya fundamentalisme dan
ekstremisme, Adanya kelompok yang mengusung fundamentalisme dan ekstremisme, Adanya tindakan yang mencerminkan implementasi sikap ekstremistik.
Selanjutnya, ia juga menjelaskan tentang Radikalisasi Siber, Internet merupakan medan baru yang sangat mungkin untuk dijadikan instrumen radikalisasi kaum milenial.”Dan Internet dapat dijadikan ruang untuk menggemakan ide- ide ekstremisme dan radikalisme, Internet dapat mempercepat penyebaran ide-ide ekstremisme dan terorisme, Internet memungkinkan radikalisasi tanpa melalui perjumpaan fisik, Internet memungkinkan seseorang untuk melakukan radikalisasi secara mandiri (self-radicalization),” Ucap Zuhairi Misrawi.
Tak lepas dari itu, menurut Narasumber Ketua Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme Sulawesi Selatan, Dr. Muammar Bakri, Lc, MA dalam dialog publik nasional memaparkan tentang Bagaimana pandangan radikalisme terhadap negara di Indonesia.
Ia juga menjelaskan Indonesia adalah negara THOGUTISETAN, bahkan pemerintah dan pemerintahanya, Masyarakat dan komunitas nya benar atau tidak, Apakah terorisme tidak cinta tanah air.
“Adapun versi mereka sangat cinta tanah air Indonesia harus dirubah dengan cara kekerasan tidak ada kesetiakawanan sosial, seperti versi mereka justru sangat memiliki kesetiakawanan sosial ingin menyelamatkan Indonesia dari kerusakan,” Jelas Dr. Muammar Bakri.
Adapun menurut Sosiolog sekaligus pengiat filsafat Dr. Muhammad Ashar, M.Si. menjelaskan, bagi dua istilah penting dalam proses pengajaran itu TA’LIM dan TARBIYAH.
Ta’lim itu adalah semacam upaya seseorang untuk mempelajari sesuatu jadi mencerat pengetahuan dan mempelajari sesuatu namun pada dasarnya menurut mut’ah dan muta Ali ta’lim mungkin tidak sampai disitu kita harus meluruskannya ke tarbiyah.
Tarbiyah itu telah memasukan upaya kritis memasukan mode-mode berpikir kritis, kalau tingkatan ispinasi dia sudah tingakat analisa evaluasi dan ciptakan yang baru, sayangnya di pendidikan kita itu tidak terbiasa ber’tarbia, yang terbiasa ber’ta’lim jadi menghapal teori gagasan pandangan pandangan, tapi kemudian tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan upaya kritis, berpikir kritis itu ada teknisnya ada tekniknya dan ada strategis.
Tapi kemudian kita tidak memiliki kemampuan untuk melakukan upaya apalagi kemudian mengevaluasi gagasan sampai menciptakan gagasan yang baru, itu yang saya bilang sebelumnya dengan sebuah gagasan yang kontra dengan keberanian.
“Tambahnya, Apalagi kalau kemudian kita terjebak dalam agama kita menjadi dosen kegiatan ceramah Ramadhan salah satu hukum nya apa ini kemudian memberikan jawaban yang membuat kita misalnya mana yang bagus untuk pengiriman ke arah ideologi radikal dan fungsi-fungsi dari pelajaran agama yang ada,” Tutup. Dr. Muhammad Ashar.
Laporan : Agen 009 Bagas
Editor : Agen 008 HI