SPIONASE-NEWS.COM -SULTENG- Musibah gempa bumi dan tsunami yang melanda Kota Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya di Sulawesi Tengah meninggalkan banyak cerita. Khususnya bagi setiap orang yang menjadi saksi ganasnya guncangan gempa dan terjangan air bah tsunami.
(Tampak kerusakan akibat gempa & tsunami)
Peristiwa nahas itu bahkan dikait-kaitkan dengan hal-hal berbau mistik. Salah satunya terkait perayaan festival kebudayaan Pesona Palu Nomoni.
Sejatinya, upacara Palu Namoni yang digelar di Pantai Talise pada (28/9/2018) atau tepat dengan peristiwa gempa terjadi sudah lama tidak pernah digelar. Palu Namoni baru dihidupkan kembali setelah pemerintahan Kota Palu dipimpin oleh Wali Kota Hidayat dan Wakil Wali Kota Sigit Purnomo Said atau Pasha Ungu.
Mudar (49) salah seorang warga Lere, Palu Barat, Sulawesi Tengah. Mudar bercerita Palu Namoni merupakan upacara adat khas suku Kaili. Suku Kaili, kata Mudar, sebagian besar merupakan orang asli Sulawesi Tengah yang tersebar di Donggala dan Palu.
(Nomoni dalam sudut pandang Islam)
Menurut Mudar sesaat sebelum acara Festival Palu Nomoni berlangsung, ia merasakan ada pertanda buruk. Ia menyebut itu sebagai teguran, yang mana sesaat sebelum Palu Nomoni itu digelar ada beberapa orang yang kerasukan roh halus.
Muhdar mengatakan dari tiga kali perhelatan Festival Palu Nomoni, selalu mengundang kejadian alam yang dinilainya tak wajar. Salah satunya adalah gempa dan tsunami yang terjadi disaat pembukaan Palu Nomoni di Pantai Talise pada Jumat (28/9) lalu.
Mudar pun mengenang kejadian Palu Nomoni saat 2016 lalu. Saat itu, ketika malam pembukan Palu Namoni juga sempat terjadi gempa di daerah Bora, Sigi Biromaru, Sulawesi Tengah.
“Kemudian yang kedua di Pantai Talise pada gelaran Palu Nomoni tahun 2017, sempat ada angin kencang datang”, Tuturnya.
(Ritual tolak bala yang di lakukan masyarakat Palu pasca gempa & tsunami)
Sumber : Suara
Editor : Agen 099 EW