SPIONASE-NEWS.COM,- JAKARTA – “Tanpa kehadiran HOS Tjokroaminoto beserta seluruh muridnya, mungkin kemerdekaan Republik ini tidak akan dapat dicapai dengan cepat,” ujar Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia, Prof. Valina Singka Subekti, saat menjadi salah seorang pembicara dalam acara talkshow dan launching Tjokroaminoto Institute di Kantor DPP Syarikat Islam, Jalan Proklamasi Nomor 53, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2019).
Menurut Valina, mereka semua adalah alasan berdirinya NKRI. “Tjokro hadir disaat yang tepat. Disaat masyarakat pribumi dianggap setengah manusia pada saat itu, lalu dengan ajaran islam yang sangat egaliter, Tjokro bersama Syarikat Islam berhasil mempersatukan seluruh komponen bangsa hingga mencapai puncaknya saat salah seorang murid beliau, yakni Soekarno berhasil memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945,” tegas Valina yang juga Ketua Umum Wanita Syarikat Islam ini.
Hampir sama dengan Valina, pembicara lain, Ketua Bidang Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP PDI-P), Prof. Hamka Haq, yang juga salah satu dewan penasehat Tjokroaminoto Institute mengatakan bahwa dalam berbagai buku yang ditulis oleh Soekarno tentang kemerdekaan banyak diilhami dari pemikiran HOS Tjokroaminoto.
“Termasuk saat Soekarno menuliskan tentang kemerdekaan politik dan kemandirian ekonomi bangsa, saya pikir siapa lagi yang menjadi inspirasi bagi beliau kalau tidak Tjokraminoto,” tegas Hamka Haq yang juga menjadi Ketua Umum Baitul Muslimin dan Anggota DPR RI ini.
Sementara itu, pembicara lain, Dedi Rahmanto Putra, mengungkapkan jika pemikiran HOS Tjokroaminoto tentang Zelfbestuur atau pemerintahan sendiri merupakan pemikiran yang begitu cerdas untuk menempatkan kaum pribumi setara dengan penjajah.
“Menurut saya, Zelfbestuur merupakan pemikiran maju dari HOS Tjokroaminoto disaat melihat kaum pribumi tertindas. Menuntut adanya kesetaraan dan keadilan yang digaungkan oleh Tjokroaminoto bersama organisasi Syarikat Islam adalah bentuk perlawanan yang nyata terhadap para penjajah,” tegas pria yang akrab disapa Dedet yang juga politisi muda partai Golkar dari kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat ini.
Sementara, Aulia Takhim Tjokroaminoto yang mewakili keturunan HOS Tjokroaminoto menyampaikan kalau ajaran Tjokroaminoto adalah ajaran islam yang kaffah.
“Ajaran islam yang kaffah dari HOS Tjokroaminoto kalau saya bilang radikal, ya cukup radikal, terbukti dengan pemikiran keislaman beliau lah mampu menghasilkan konsesus bersama masyarakat pribumi yang saat itu mayoritas islam untuk merdeka dari belenggu penjajahan. Beliau cukup radikal, tapi tidak melakukan tindakan ekstrimisme apalagi menjurus ke terorisme,” kata pria yang biasa dipanggil Willy ini dihadapan 50 peserta talkshow dan launching Tjokroaminoto Institute dengan tema “Merefleksikan Pemikiran HOS Tjokroaminoto dalam Menangkal Paham Radikalisme, Ekstrimisme dan Terorisme”.
Sedangkan, Ketua Umum Pimpinan Pusat/Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam, Dr. Hamdan Zoleva, yang juga salah satu dewan penasehat Tjokroaminoto Institute saat didapuk menjadi pembicara utama atau keynote speaker, mengatakan bahwa pemikiran HOS Tjokroaminoto perlu diteladani, digali, dan diinternalisasikan kembali dalam kehidupan sehari-hari.
“HOS Tjokroaminoto yang mendapat gelar Guru Bangsa, di Syarikat Islam disebut Yang Utama, dan Belanda pun memanggil dengan julukan Raja Jawa Tanpa Mahkota, telah menginspirasi dan mengilhami kemerdekaan bangsa ini melalui persamaan, keadilan, serta menjadi semangat gerakan bagi seluruh element bangsa untuk mengusir penjajah,” tegasnya.
Setelah selesai pemaparan materi, acara dilanjutkan dengan launching HOS Tjokroaminoto Institute yang ditandai dengan penyerahan secara simbolis company profile oleh Direktur Eksekutif Tjokroaminoto Institute, Afrifan Eldo Yura pemuda asal Minangkabau ini kepada Aulia Takhim Tjokroaminoto sebagai keturunan dari HOS Tjokroaminoto sekaligus salah seorang Dewan Penasehat Tjokroaminoto Institute.
Laporan : Agen Fikri H