SPIONASE-NEWS.COM, – PAREPARE – Baru-baru ini mencuat pemberitaan media terkait maraknya mengurangi penyebaran penyakit HIV/AIDS, seperti dikasus percabulan dan penyebaran virus HIV/AIDS yang disinyalir melanda Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, memunculkan wacana sejumlah tokoh di Kabupaten Sikka yang mengusulkan perlunya dibangun Lokalisasi PSK di Kabupaten Sikka, Jum’at (27/12/2019).
Antonius Primus Putera daerah Sikka NTT di Perantauan Parepare (dok)
Wacana ini diangkat oleh media lokal NTT yaitu media online lenterapos.com beberapa waktu lalu di Sikka NTT, Kamis 26 Desember 2019.
Berita tersebut mengundang berbagai tanggapan dari sejumlah masyarakat, baik di dalam wilayah Kabupaten Sikka maupun masyarakat di Sikka di perantauan. Antonius Primus, salah satu tokoh muda dan penulis populer pun angkat bicara merespon wacana terkait usulan pembangunan lokalisasi PSK sebagai solusi pencegahan tindakan kriminal pencabulan dan pencegahan penyebaran HIV/AIDS.
Saat dimintai pendapat oleh media Online Nasional Sponase-News.Com, Antonius Primus menyayangkan cara berpikir tokoh-tokoh di Kabupaten Sikka, bahkan termasuk anggota DPRD Sikka yang seolah-olah hendak “mengakomodir” berdirinya lokalisasi di Kabupaten Sikka.
“Ini merupakan suatu degradasi pola pikir yang mandek. Seakan-akan tokoh-tokoh di Kabupaten Sikka itu telah kehilangan ide yang jauh lebih baik daripada memfasilitasi kegiatan maksiat sebagai solusi atas permasalahan percabulan dan penyebaran virus HIV/AIDS,” ujar Antonius yang juga adalah Sekretaris Direktur di salah satu Perguruan Tinggi Kesehatan di Kota Parepare.
Lebih lanjut Antonius menambahkan bahwa ada banyak solusi lain yang bisa ditempuh dan merupakan suatu keanehan jika wacana itu terwujud. “Saya rasa sangat aneh! Mengapa tidak?
Bayangkan di tengah sejumlah daerah berjuang untuk mengurangi dan bahkan menutup lokalisasi PSK dan bahkan berhasil mengurangi penyebaran penyakit HIV/AIDS, seperti di Surabaya, Kupang dan Jakarta dan daerah lainnya, di Kabupaten Sikka justeru berdirinya lokalisasi dianggap solusi,” demikian ungkap Antonius.
“Permasalahan sulitnya mengendalikan maraknya percabulan, dan penyebaran virus HIV/AIDS di Kabupaten Sikka pada prinsipnya adalah perkara tidak terkoordinasi dengan baiknya penanganan terhadap persoalan-persoalan tersebut.
Hal ini, bisa disebabkan kebijakan dan peraturan yang mengatur permasalahan tersebut tidak maksimal, dan bahkan mungkin tidak ada. Terutama terkait dengan satuan tugas khusus penanganan ODH (Orang Dengan HIV/AIDS) tidak optimal terlaksana.
Kalau berkaitan dengan pencabulan itu domainnya petugas keamanan, fungsinya diperketat. Kalau perkara HIV/AIDS, Hati-hati, jangan sampai ada upaya untuk meningkatkan eskalasi aktifitas seks bebas melalui pendirian lokalisasi PSK. Ke depan bisa saja, kegiatan itu menjadi legal. Suata yang mencoreng identitas Kabupaten Sikka yang terkenal dengan mayoritas iman Kristianinya, apalagi dihubungkan dengan PAD,” sindir Antonius, yang aktif sebagai editor dan penulis sejumlah buku populer.
Harapnya, pemerintah harus menghadirkan solusi yang konstruktif, terutama dari sisi kacamata moral dan etik. Pemerintah Kabupaten Sikka harus berhati-hati terhadap kemunculan wacana tersebut, perlu dilakukan studi kasus untuk menemukan solusi yang lebih elegan dan terhormat demi menjaga nama baik Kabupaten Sikka.
Laporan : Agen 095 AM