Spionasenews.com- Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama, atau kerap disapa Ahok menyebut Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma’ruf Amin menerima telepon dari Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal ini diungkapkan mantan Bupati Belitung Timur ini dalam sidang kedelapan kasus dugaan penodaan agama yang menjerat Ahok pada Selasa (31/1/2017) kemarin.
Pernyataan itulah yang kemudian menjadi pro kontra dalam masyarakat. Bahkan, sejumlah kalangan menilai jika pernyataan Ahok itu terlalu gegabah.
Direktur Eksekutif Wahid Institute Yenny Wahid mengatakan,
terlalu mudah menyimpulkan bila komunikasi telepon antara Ma’ruf Amin dan SBY dilakukan untuk mempengaruhi suatu hal.
“Kiai NU kemudian ditelepon mantan Presiden itu menurut saya bukan hal yang aneh. Jadi, kalau ada tuduhan-tuduhan dialamatkan kepada siapapun, apalagi kiai NU dituduh gara-gara bercakap-cakal lewat telepon, kemudian seolah-olah itu bisa mempengaruhi apapun, menurut saya, terlalu mudah ya. Terlalu menggampangkan,” kata perempuan bernama asli
Zannuba Arifah Chafsoh Rahman Wahid ini, di kediaman Ma’ruf Amin di Jalan Lorong 27, Koja, Jakarta Utara, Rabu (1/2/2017) malam.
Karenanya, menurut dia, percakapan telepon itu biasa saja. Bisa dilakukan oleh siapapun, termasuk mantan Presiden, itu biasa sekali.
Yenny mengatakan, meski hal itu diungkapkan dalam sebuah persidangan, ada tata cara dalam penyampaian di dalam pemeriksaan (examination). Menurut mantan jurnalis sebuah media di Australia ini, tidak bisa seseorang itu asal omong sembarangan, namun harus ada etikanya.
Terlebih, Ma’ruf Amin yang juga menjabat sebagai Rais Aam notabenenya adalah ulama sepuh.
“Dalam persidangan itu kan ada tata cara persidangan. Apalagi kalau examination. Jadi ada pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Itu apapun sebetulnya bisa ditanyakan apabila relevan dengan hal yang sedang dibahas. Mungkin dalam hal ini di pihak dari Basuki Tjahaja Purnama menganggap pertanyaan itu relevan dengan materi yang sedang dibahas,” ucap Yenny.
Namun, kata dia, bangsa ini harus punya adab sopan santun, punya adab etika. Apalagi yang duduk di kursi saksi adalah seorang kiai yang sudah sepuh. “Cross examination boleh saja. Tapi adab sopan santun tidak boleh dilupakan,” tegas dia.
Kendati demikian, dia meminta kepada kader NU untuk menahan diri. Sebab, Ma’ruf Amin sendiri sudah memaafkan Ahok terkait pernyataannya. Sebaliknya, ia juga meminta Ahok untuk memperhatikan etika jika masih ingin menjadi tokoh di tengah tengah masyarakat. Osur